Aku menapaki setiap waktu yang berlalu
Berharap dengan amat sangat kau sedetik rela menatap
Hingga akhir malam yang berisik oleh rintik
Aku masih saja mengais harap , senyum mu , cahaya purnama ku
hanya bersinar pada sebuah jendela kecil yang kumal
Agar tak ada lagi , jendela-jendela lain yang masih rela menyikap tirai untuk
menemui mu
Lalu disana kita berbincang,
menertawakan dunia yang
seringkali kelewatan, merencanakan akan membuat planet tanpa siang .
Cahaya mu menawan , hingga aku rela jika esok harus bangun
kesiangan.
Namun harap yang
sering saja tumbuh dan mengakar terlalu kuat, yang pada akhirnya hanya mengukir
luka menyayat .
Purnama , yang ku rindu dan ingin ku dekap dalam gelap , aku
masih menunggumu . seperti yang aku percaya dari lagu pengantar tidur mama dulu.
Mendekap mu , untuk menemaniku yang lelap di dalam gelap.
No comments:
Post a Comment